Recent Posts

Cara Menggunakan Instruksi Reversible Shift Register (SFTR) di PLC Omron

Halo sobat Elektromizer,

Setelah sebelumnya saya menerangkan tentang Cara Menggunakan Instruksi Differentiate Down dan Differentiate Up di PLC Omron dan kali ini saya akan menerangkan tentang Cara menggunakan instruksi reversible shift register di PLC Omron.

Sebelum saya jelaskan tentang tata cara penggunaannya, saya akan memberitahukan fungsi utama dari instruksi Reversible Shift Register atau yang biasa disebut SFTR. Fungsinya adalah untuk membuat struktur program yang berurutan.

Sebagai contoh sederhana :
Saya ingin membuat sebuah program untuk menyalakan 3 buah lampu secara berurutan dan mematikannya juga secara berurutan.

Maka dari itu, untuk membuat program seperti itu, agar ladder menjadi lebih ramping dan tidak memakan banyak Rung, kita harus menggunakan Instruksi Reversible Shift Register (SFTR).



Perhatikan gambar dibawah ini!


Pertanyaan saya, jika berdasarkan program diatas, berapa banyak Timer yang kita gunakan? Berapa banyak pula Rung yang dibutuhkan. Sengguh tidak bisak dan efisien jika kita mneggunaka program tersebut.

Perhatikan gambar dibawah ini!

Keterangan :

  1. Tombol Nyala berfungsi untuk menyalakan Lampu.
  2. Timer 0 berfungsi untuk memberi jeda waktu atau delay saat lampu akan menyala dan saat lampu akan mati secara berurutan. Di timer tertulis #20, berarti delaynya adalah 2 detik.
  3. Tombol Mati berfungsi untuk mematikan Lampu.
  4. Shift L-R berfungsi untuk memberi signal pengurutan ke SFTR H40
  5. Shift Data berfungsi untuk memberi signal ON ke SFTR H40
  6. Reset Shift data berfungsi untuk mereset SFTR H40 supaya tidak bekerja jika Reset Shift Data masih ON.
  7. Always ON adalah sebuah spesial relay bawaan PLC. Cara penggunaannya cukup dengan mengetik "CF113" di ladder.
  8. H0.0 adalah bit untuk menyalakan dan mematikan Lampu 1.
  9. H0.1 adalah bit untuk menyalakan dan mematikan Lampu 2.
  10. H0.2 adalah bit untuk menyalakan dan mematikan Lampu 3.
  11. H0.0 sampai h0.12 adalah bit yang akan menyala saat SFTR H40 bekerja. Jadi kamu bisa menambahkan lampu sampai H0.12.
  12. Cobalah simulasi untuk melihat hasilnya.


Jika kita menggunakan struktur ladder seprti diatas dan SFTR , maka ladder yang kamu buat akan jauh lebih baik adan efisien.



Terima kasih dan semoga bermanfaat.

Cara Menggunakan Instruksi Differentiate Down dan Differentiate Up di PLC Omron

Halo sobat Elektromizer,

Sedikit lebih kearah sulit untuk programmer pemula seperti saya dan sobat yang lain. Saya akan membahas tentang bagaimana cara menggunakan instruksi differentiate down (DIFD) dan instruksi differentiate Up (DIFU) di PLC Omron dengan fungsinya yang akan saya jelaskan setelah ini.

Salah satu fungsi dari instruksi tersebut yang sering saya gunakan adalah untuk membuat program satu tombol yang memiliki dua fungsi. Secara keseluruhan, yang saya maksud adalah saya ingin membuat program dengan menggunakan satu INPUT PLC yang memiliki dua fungsi berbeda. Sebagai contoh adalah untuk Start-Stop Lampu atau Motor Pompa.

Perhatikan gambar dibawah ini untuk instruksi Differentiate Down / DIFD


Gambar diatas adalah contoh program sederhana dari penggunaan insruksi DIFD atau Differentiate Down. Cara kerja fungsi tersebut adalah, ketika Input 0.00 dalam kondisi 1 (ON), contact 200.0 (DIFD) belum berubah ke kondisi 1 (ON). Contact 200.0 (DIFD) akan menyala selama 0,1 detik pada saat Input 0.00 berubah ke kondisi 0 (OFF).


Perhatikan gambar dibawah ini untuk instruksi Differentiate Up / DIFU


Gambar diatas adalah contoh program sederhana dari penggunaan insruksi DIFU atau Differentiate UP. Cara kerja fungsi tersebut adalah, ketika Input 0.00 dalam kondisi 1 (ON), contact 200.0 (DIFU) akan berubah ke kondisi 1 (ON) selama 0,1 detik walaupun Input 0.00 masih tetap ON.

Jadi bisa disimpulka secara sederhana bahwa jika Differentiate Down / DIFD menyala 0,1 detik saat akhir ia mendapat trigger signal, dan untuk Differentiate Up / DIFU menyala 0,1 detik saat diawal ia mendapat trigger signal.


Setalah memperhatikan penjelasan saya diatas, kali ini kita memasuki babak baru untuk lebih memahami fungsi dari instruksi Differentiate Down dan instruksi Differentiate Up.


Differentiate Down / DIFD

Perhatikan lagi gambar dibawah ini adalah urutan cara kerja instruksi Differentiate Down (DIFD)!

1. Kondisi awal


2. Kondisi saat Input 0.00 menyala


3. Kondisi saat Input 0.00 mati setelah tadi menyala. Instruksi DIFD 200.00 akan menyala selama 0,1 detik. Secara kasat mata tidak akan terlihat, maka dari itu kita harus membuat pengunci dari OUT 200.10



Setelah memperhatikan gambar diatas, apakah sobat Elektromizer sudah paham?



Differentiate Up / DIFU

Perhatikan lagi gambar dibawah ini adalah urutan cara kerja instruksi Differentiate UP (DIFU)!

1. Kondisi awal



2. Kondisi saat Input 0.00 menyala. DIFU 200.00 akan menyala 0,1 detik diawal trigger. Secara kasat mata tidak akan terlihat, maka dari itu kita harus membuat pengunci dari OUT 200.10.


Setelah memperhatikan gambar diatas, apakah sobat Elektromizer sudah paham?



BONUS : Contoh penggunaan instruksi DIFD dan DIFU untuk aktivitas sehari-hari.

Satu Tombol Dua Fungsi (Satu tombol untuk menyalakan dan mematikan lampu)


Cara kerja :

  1. Tombol ON/OFF ditekan, maka Lampu akan menyala.
  2. Tombol ON/OFF ditekan lagi, maka Lampu akan mati.



Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.


Panduan Membuat Program PLC Agar Mudah Dipahami

Halo sobat Elektromizer,

Sebagai seorang Programmer PLC, kita dituntut untuk bisa membuat struktur ladder program yang mudah dipahami. Hal ini bukan hanya bermanfaat untuk diri kita sendiri agar jika suatu saat akan melakukan perubahan atau pengeditan program kita bisa meng-edit dengan baik, tapi juga bermanfaat bagi orang lain agar mudah mengerti struktur program yang kita buat.

Dalam hal ini kita mengesampingkan persaingan antar kompetitor karena sekali lagi saya tekankan, rejeki sudah ada yang mengatur, dan bisa dikatakan juga bahwa berbagi ilmu lebih banyak bermanfaat bagi diri kita maupun orang lain. Selain kita ketahui bahwa banyak orang yang akan pintar mem-program PLC, kita juga bisa mendapatkan bayaran gaib alias pahala karena kita berbagi ilmu dengan orang lain.




Mapping Address (Daftar IO)

Untuk membuat sebuah program PLC yang mudah dipahami, satu hal yang paling penting sebelum pembuatan ladder program adalah sebuah Mapping Address, yaitu sebuah daftar address atau alamat PLC yang akan kita gunakan, kita rangkum dalam sebuah catatan misalkan saja berbentuk file microsoft excel.

File microsoft excel ini berisi tentang daftar input address, ouptut address, internal memory address, dan lain sebagainya yang setiap jenisnya dibubuhi sebuah komentar atau nama agar kita bisa mengetahui fungsi dari Bit yang kita gunakan.

Untuk saya pribadi, sebelum membuat program PLC, saya harus membuat daftar IO PLC yang akan saya gunakan. Butuh berapa banyak IO dan hal itu bisa kita gunakan untuk membeli atau menggunakan PLC apa yang akan digunakan setelahnya.

Misalkan saja, lihat gambar dibawah ini!



Seperti yang bisa kita lihat dari gambar diatas ini, kita bisa melihat nama sistem, alamat IO, comment IO yang kita gunakan dan fungsinya. Gambar diatas adalah hasil akhirnya, karena untuk pertama kali membuat sebuah program ladder PLC, yang saya lakukan hanya membuat mapping address yang berisi Input dan Output PLC saja. Sedangkan untuk Internal memori, saya tambahkan saat pembuatan programm ladder PLC.


Section atau Subroutine Ladder

Section atau Subroutine Ladder Program adalah sebuah fungsi yang disediakan oleh developers software programmer PLC untuk kita agar kita bisa memilah-milah sistem yang harus kita pisah agar dalam pembacaan dan pemahaman program menjadi lebih mudah dimengerti. Jika diibaratkan, Section atau Subroutine adalah sebuah kamar yang tiap kamarnya isinya beda dan fungsinya pun berbeda.
Jika Software PLC yang kamu gunakan mendukung untuk kita bisa membuat section program atau subroutine program, alangkah baiknya kita memilah atau membagi program ladder program kita per sistem. Lihat gambar dibawah ini!


Kotak yang dilingkari merah adalah Section (PLC omron) atau Subroutine (PLC Siemens)


Struktur Ladder

Struktur ladder yang rapi dan teratur juga bisa membantu kita dalam membuat sebuah program PLC yang mudah untuk dipahami maksud dan fungsi sistemnya. Misalkan saja, kita ingin membuat program PLC untuk start-stop motor pompa yang setiap pompanya memiliki tombol start-stop masing-masing, maka kita harus membuat struktur program yang rapi. Lihat gambar dibawah ini!


Perhatikan pada kotak berwarna kuning dengan kotak berwarna hijau! Gambar diatas menunjukkan bahwa ladder untuk Pompa 1 dengan Pompa 2 adalah sama secara konsep. Hal ini memudahkan kita dalam memahami fungsinya.



Jika kita sudah mengikuti langkah-langkah yang sudah saya jelaskan diatas, maka dalam hal pemahaman sistem akan menjadi lebih mudah. Hal ini sangat bermanfaat jika suatu saat kita akan melakukan peng-editan program. Mungkin saja jika 1 atau 2 tahun kemudian harus dilakukan peng-editan program dan kamu lupa dengan struktur program yang telah kamu buat sendiri, maka dengan melakukan hal-hal diatas yang tadi sudah saya jelaskan pastinya kamu tidak akan terlalu kesulitan dalam memahami sebuah program PLC yang sudah kamu buat.

Jika masih ada pertanyaan yang sekiranya ingin ditanyakan, silahkan tuliskan komentar kalian dibawah ini.

Terima kasih dan semoga bermanfaat.